Minggu, 27 Maret 2016

Milih Original atau mengikuti Trend



Perubahan, banyak jargon-jargon macam begituan disampaikan oleh calon presiden, anggota dewan, calon pasangan, gebetan ataupun calon selingkuhan (loh). Di era modern kali ini, perubahan harus terus  dilakukan, kalau istilah It nya Update. Barang yang awalnya dikata modern perlahan-lahan menjadi barang yang usang, Kudet, ndak kekinian. Penyebabnya klasik, karena barang yang baru terus bermunculan, inovasi-inovasi terus berdatangan. Tak terbendung, tak dapat ditahan-tahan. Jika saja, kita jeli dalam melakukan sebuah pengamatan, kita pasti tahu, apa yang harus diubah, mana yang harus dipertahankan. Ironi memang, ketika perubahan harus dilakukan terus menerus, dan disitulah tingkat originalitas berubah, perlahan-lahan originalitas menjadi sebuah keanehan.
Di masa saya masih SMP. Potongan rambut macam harajuku merebak. Begitu pula di sudut perempuan, tidak tanggung-tanggung, terkadang model emo bisa menjadi sebuah trend dikala itu. Saya sih, palingan model rambutnya cepak, sasak, kalau lagi frustasi dengan pelajaran bisa-bisa saya gundul. Ini bukan mengada-ngada, ketika saya membuka file-file foto, gaya rambut saya bisa ketebak. Tidak jauh dari  ketiga model rambut seperti itu. Sangat mengecewakan memang, kalau dikata saya ini tingkat imajinasinya tidak baik-baik amat (duh).
Itu masih soal rambut, lain halnya lagi jika bicara soal fashion. Dikala tahun 2009-2011. Teman-teman saya, bajunya kopelan (samaan). Kalau bajunya itu croopy, semuanya croopy. Belum lagi dalam urusan jacket. Trendnya dulu jaketnya jamper. Jaket klowor-klowor macam raper Amerika menjadi pakaian yang digandrungi teman-teman saya.
Dan menginjak  tahun 2015 hingga saat ini, ketebak memang. Inovasi terus bermunculan, untuk gaya rambut para lelaki, harus diberi minyak khas pomade. Lain halnya dengan kaum wanita, kerudung monochrome, isedo, dan pensil alis menjadi amunisi dalam urusan macak-memacak. Coba tengok perubahan dibagian tas. Cowok dianggap keren jika menggunakan tas selempang. Menggunakan sandal gunung, jam tangan g-shock kw. Dan sepatu snicker. Nah lucunya, saya tidak berada disemua bagian yang sudah menjadi trend. Apaan cobak. Tas masih klumus, jam tangan ya tidak ada. Sepatu merk weidenman yang kuatnya minta ampun, masih saya pakai mulai dari semester empat hingga semester sepuluh. Rambut ya masih gitu-gitu aja, tidak diberi minyak, juga tidak pernah disisir.
Nah pertanyaannya, kenapa kalau urusan yang begitu tidak saya update? Apa ya ndak takut dikata norak dan tidak menganut kekinian?
Berikut beberapa jawabannya.

Menjaga originalitas.
Memang susah dilakukan, dikala teman-teman sibuk dengan trend masa kini. Originalitas menjadi sebuah harta terbaik. Tidak dapat dipungkiri, menjaga originalitas menjadi tantangan, selain itu, manusia yang menjaga originalitasnya merupakan manusia pilihan Tuhan. Dipilih olehNya untuk menyeimbangkan antara manusia trendsenter dengan manusia yang memiliki maqom menjaga tarekat originalitas. Kan tidak elok dipandang, jika semua manusia dibumi ini, semua yang digunakan sama, fashion yang digunakan mirip-mirip dengan yang lain. Heuheu

Mencari jalan lain.
Banyak jalan menju rhoma roma. Pepatah itu, saya selipkan karena untuk menuju kesana banyak jalannya. Untuk menuju tarekat ekisistensi, banyak hal yang dilakukan. Selain mengikuti trend. Masih banyak yang bisa coba dilakukan, walaupun untuk menuju tabiat eksistensi, saya ndak tertarik amat. Ngapain eksis ya? Saya bingung menjawabnya. Nguahanguaha

Menghormati orang tua.
Eits, ini kok gak ada nyambung-nyambungnya. Urusan eksistensi kok masih dikait-kaitkan dengan orang tua. Idih, dasar suka nyiyir kamu ul. Huhuhuh. Mbak-mbak, mas-mas. Santai dulu,  kalau saya balik nanya boleh?
Begini, uang nya sampeyan untuk beli segala macam perlengkapan fashion itu dari siapa? Gampang kan jawabannya. Palingan ya dari bunda dan ayah njenengan. Nah, aduhai sangat membanggakan bukan. Jika orang tua masih mencukupi untuk urusan jajan, fashion, dan perlengkapan eksistensi sampeyan. Saya kira masih bisa dimaklumi. Kalau dijawa kan, kondisi perekonomian sampeyan itu turah-turah. Nah lain halnya dengan para kaum marjinal dan terpinggirkan. Makan dan bayar tagihan sana-sini masih cukup, itu merupakan hikmah yang luar biasah. Melihat saudara sekitar masih sehat tidak tergantung dengan obat, saya kira harta yang termahsyur, saya kira melebihi perlengkapan tarekat al eksistensiah. Alangkah baiknya, urusan eksistensi dilihat dengan sudut pandang yang berbeda. Lagi-lagi, Turah atau tidaknya merupakan pertimbangan yang harus dipikir-pikir dengan dalam. Sedalam cintaku padamu (lebay kamu ul). 
Tetapi, kembali lagi. Semua yang ada di dunia ini pilihan. Mau memilih mengikuti trend, yah silahkan. Ndak juga tidak apa-apa. Kan yang paling penting, tetap menjadi manusia berbakti pada orang tua, calon mertua, juga kepada calon yang itu tuh. (ojo curhat ae ul) hauhau

Penghabisan maret.

0 komentar:

Posting Komentar