Begitu
seterusnya, harapan itu kau bangun, kemudian kau buat menjadi bias. Semua
menjadi serba abu-abu. Rumit, bagaikan sebuah benang kusut yang tercelup
kedalam air. Memang, perkara ini mungkin sepele menurut sebagian orang.
Terlebih olehmu, bukan sesuatu yang mudah memang. Mengayomi semuanya. Apalagi
berbagi untuk semuanya. Iya, semuanya. Sebagian besar yang termakan oleh
magismu. Menjadikan orang sangat mudah membaca taktik, seolah-olah pencarian sudah
tuntas, padahal itu hanya bagian kecil dari sebuah orkestra. Begitu ahlinya kau
Meliuk-liuk diantara buaya-buaya yang kehausan dan kelaparan. Buaya pertama kau
suruh itu, dia tidak jadi memakanamu, sementara buaya kedua, kau suruh dia
membuat siasat untuk melawan buaya pertama. Agar bisa melindungimu, tetapi
namanya saja kau pintar bagai seorang kelinci yang cerdasnya naudzubillah mak
jlek. Ternyata, Kau menikmati makanan dengan seorang serigala, digoa seberang sungai. Mungkin sambil ngopi,
nyayi, gitaran atau bercinta selama berjam-jam. Sementara buaya-buaya yang
seolah-olah melindungimu hanya “menganga”,melotot, mendelik, dan akhirnya para buaya kemudian merasa dibodohi, ditipu
dan dicampakkan.
Begitulah
kehidupan, yang menurut sebagian orang indah tetapi juga mempunyai sedikit rasa
kekejaman. Bagaikan dua sisi mata uang, semua punya sebab dan akibat
masing-masing. Jika penyebabnya A maka kemungkinan akan mengakibatkan z.
Sementara jika penyebabnya 0 maka kemungkinan akan mengakibatkan 78. Nah, tidak
bisa diprediksi bukan. Ini bukan soal taruhan siapa menang dan siapa menjadi
pecundang. Ini soal, sebab yang menjadikan sebuah akibat. Tentu sangat rumit,
bagi sebagian orang yang malas berpikir. Yang hanya bisa mengumbar janji,
kemudian ada korban yang kemungkinan akan tersakiti.
Satu
persatu, kau suruh buaya pulang menuju kandangnya. Kemudian mereka membangun
kembali. Membangun semuanya. Mulai dari awal. Sementara diseberang sana, kau
menyelesaikan urusanmu dengan serigala entah berbulu apa. Bisa juga domba atau
bulu ayam yang kebanyakan dibuat kemoceng dan yang lainnya.
“Aduh”.
Terdengar jeritan diseberang sana. Ternyata buaya menjerit kesakitan. Muring-muring gak karuan. Sementara kau dan serigala, tertawa melihat
buaya itu. Kau terus bercinta sampai mentari sudah sayup muncul dari ufuk
timur. Serigala sudah kehabisan tenaga dan buaya masih menjerit kesakitan.
Entah dipentungi oleh FPI atau sakit merasakan kekejaman kekasih serigala yang
entah berbulu apa.