Kamis, 18 Februari 2016

Introvert Titik!

karakter saya itu begini, ketika yang lainnya bergerak kesana, saya akan memilih bergerak kesitu. ketika yang lainnya senang dengan keramaian, saya suka menyepi.
pict: Introvet (Facebook.com)

perlahan-lahan saya mencoba kembali ke masa lalu. Fikiran dan bayangan saya fokuskan ke zaman dulu. Ketika SD, Ingatan saya masih terngiang, bahwa saya tidak suka keramaian, kalo mau guyon.dagelan, bal-balan dan semacamnya saya masih bisa. Namun, jika pada jam istirahat, Kebiasaan saya ialah bermain dengan beberapa teman saja. Paling banter 2-3 teman. Tidak pernah lebih dari 10 teman. Mulai dari kelas 1 hingga kelas 6 ketika saya sudah disunnat. Palingan saya bermain dengan 2-3 orang. Kalo dibilang gangguan, ya ndak lah ya. Wong saya masih suka berkomunikasi dengan banyak orang, tetapi ndak insert eh intens. Hingga Akhirnya lulus SD, dan waktu itu saya masih sangat unyu syekalee, Perjalanan pendidikan saya memasuki sekolah menengah pertama (ES EM PE). Sungguh diawal masuk sekolah, sudah sangat pasti ya. Mencari temen yang cocok, kegiatan yang senada, dan ketertarikan yang sama. Jikalau mayoritas temen-temen sukanya dulu frenster, nah saya yang gaptek paling sukanya maen leker (kelereng). Kalo tidak maen leker, paling pol-polan ya maen plestesen (PS). Nah, mungkin ini adalah kebiasaan yang nyaman. Sendirian itu kadang terasa nyaman dan kadang-kadang juga terasa kesepian.
Kebiasaan ini, masih berlangsung hingga SMA, teman-teman saya yang woyo-woyo itu, pada zamannya suka es em esan. Nah, saya yang ndak megang HP. mana bisa es em esan. beralih ketika kelas dua, coba gimana. Mereka yang kenal internet, tiba-tiba bikin facebook, pasang foto sedikit manyun dan berkacamata hitam. Nah, lagi-lagi saya paling berbeda. Mungkin di kelas itu, saya adalah satu-satunya siswa yang ndak punya akun facebook. Ini kan menegaskan bahwa saya itu sungguh berbeda dibandingkan laennya. 
 
Hingga saat ini, teman-teman sudah siul-mensiul diaplikasi BBM, WA, LINE dan Instagram. Saya masih asyik facebookan dan twitteran. Gimana coba, bahwa saya memang introvert itu sudah pasti, dan itu akan berlangsung sampai nanti palingan, tapi saya pengen nyoba jadi ekstrovert lah. Kapan-kapan, biar bisa modusin kamyu-kamyu calon mamah-mamah muda.

Minggu, 14 Februari 2016

Pengen Ngaji di Surau



Hingga hari ini, ada beberapa sebab teramat mengganjal dihati. Sewaktu kecil, saya mengaji di surau yang tak jauh dari rumah. Tiap Sore hari, sepulang bermain. Kemudian mandi, mengenakan celana pendek, kaos sepak bola klub inter milan kalo tidak salah berwarna biru hitam yang sering saya gunakan. Sarung diselempangkan, tak lupa membawa peci hitam yang tepinya sudah berwarna coklat karena terlalu sering dipakai. Pergi ke surau kalau sudah hampir adzan maghrib, sering disebut surup kalo dalam bahas jawa. Hingga kira-kira usia saya menginjak 12 tahun, saya mengundurkan diri dari proses mengaji karena kawan-kawan seumuran saya sudah kukut terlebih dulu. Penyebabnya sungguh klasik, jika sudah menginjak SMP, kebiasaannya ialah sudah tidak mengaji. Kalo dikata, sudah besar, waktunya ngaji disurau sudah berakhir. Tentu, saya mengikuti langkah teman-teman. Mengaji dirumah, lebih tepatnya ngajinya bolong-bolong, karena alasan sibuk belajar ketika SMP, terus berlanjut sibuk Belajar ketika SMA. Perlahan-lahan, dengan semakin rumitnya khittah kehidupan, pergantian gubernur, presiden,  tradisi saya mengaji sehabis maghrib, benar-benar berakhir ketika saya menjadi Mahasiswa. Tentunya, saya sangat menyesal. Penyesalan memang berada pada akhir. Bukan di awal. Seperti halnya saya menyesal kenapa tidak bisa memilikimu (ngok).  
Pada zaman sekarang, zaman dimana kekayaan menjadi tolak ukur suatu kesuksesan, kendaraan atau tunggangan menjadi kewajiban, dan kuota internet adalah suatu kebutuhan. Saya mengamati banyak para kaum terpelajar, tidak terpelajar, kaum kagetan, sliwar-sliwer di sebuah sosial media dan media nyata. Jikalau sliwar-sliwernya itu menyampaikan kebaikan, saya sangat bersyukur. Namun, jika yang disampaikan ialah provokasi, mengucilkan kaum minoritas, menindas kaum-kaum pinggiran, itu yang sedikit saya tidak rela. Sebentar-sebentar, mari kita kencangkan ikat pinggang sembari melihat ilalang yang melambai-lambai.
Coba lihat, akun-akun macam portal piyungan.com, ustadz terbaik saat ini felix siauw, front pembela islam milik habieb rizieq sahab. Kebanyakan dari mereka berdakwah, membela agama islam, dan menyampaikan kebaikan-kebaikan. Takbir...
Bukan perkara apa memang ya, akhir-akhir ini, banyak para pemuda yang mengatasnamakan mahasiswa, berbondong-bondong mengaji lewat seminar, kajian rutin setelah jum’atan atau diskusi hadist sahih di tiap bulan. Saya dulu, ketika menjadi mahasiswa sungguh tertarik dengan kajian-kajian macam itu. Mendatangkan ustdz prestatif, mengaji lewat bantuan yutub atau sebagainya. Menemukan teman baru, lingkungan baru dan tentunya kebiasaan-kebiasaan baru. Diawal, saya sering di esems oleh akhi senior. Sembari berkata ini, dan itu. Diajak kajian disana dan disitu. Pelan-pelan saya mencoba menikmati, mencari jati diri sembari tengok sana dan sini. Kamsud saya, ada yang tidak nyaman dalam hal diskusi disana. Sebab atau perkaranya belum saya temukan hingga saat ini. Healah mbuh lah. Ruwet mikiri
Seiring berjalannya waktu, hingga hari ini, kembali. Saya hanya merindukan suasana mengaji di surau dulu. Bertemu kawan, lawan dan kiyai. Ya Allah. Aku pengen ngaji disurau, bercengkerama, kadang sering di pecut karena guyon pas saat sholat dan sekali-kali selametan jika ada yang hatam qur’an.

Selasa, 09 Februari 2016

Soal Kuliah Di Kampus Ijo royo

Hari ini, saya melakukan produksi hidrolisat gula kulit kopi secara enzimatis di laboraturium biokimia Universitas Jember. Idep-idep, karena nggak ada yang mau dikerjakan, selain menunggu kepastian untuk HPLC, dan menunggu shaker bekerja dengan baik, saya intip-intip obrolan di facebook dengan beberapa teman saya. mengarahkan scrool ke atas, tepatnya pada tahun 2011 ketika saya masih baru menjadi Maba. Saya sambil senyum, meringis dan tiba-tiba mengenang masa lampau. Saya bersyukur, hingga saat ini masih bisa melihat teman-teman yang sudah bahagia. Dalam artian bahagianya ialah mungkin, saya akan lulus berbarengan dengan teman-teman thp angkatan 2011 pastinya, katakan amin dan like yah xaxaxa.

melihat obrolan di facebook, tentunya kamu akan prenges-prenges karena keluguan yang sudah dilakukan pada masa-masa awal-awal kuliah. Saya heran kenapa obrolan di facebook dengan beberapa teman berkaitan erat pada urusan perkuliahan, organisasi dan cenderung pada hubungan modus-modusan. Sekali lagi, saya mengawali hubungan obrolan dengan teman akrab saya, mungkin tidak diawali dengan kata yang bagus. seperti "aslole" kemudian dibalas dengan "prikitiew". Coba aja, kata awal tersebut digunakan untuk membuka perbincangan dikehidupan nyata, pasti tanggapannya wagu. Selain itu, mungkin ini hanya persepsi saya, pengguna aktiv facebook di kalangan mahasiswa sudah hampir punah atau sedikit aja yang menggunakan..

sudah-sudah, untuk obrolan fb, kita tinggalin dulu yah, Kita bahas yang lain dulu.



Diawal sekali, saat boyband smash masih populer di acara musik, saya dan kawan-kawan mengawali pertaruhan di kampus ini. Kalau tidak salah, bulan Juni 2011. Secara bersamaan dipertemukan dengan kawan-kawan baru. Saya dipertemukan dengan kawan-kawan lintas Jawa Timuran. Beberapa kawan saya banyak berasal dari jember, banyuwangi, surabaya, pasuruan, ngawi, madiun, siduarjo, lumajang dan ada beberapa dari luar provinsi jawa timur. Ketika bertemu dengan teman-teman baru, membuat saya sedikit agak kikuk untuk sekedar bertegur sapa, atau bercengkrama. Hanya saja, jika tidak ada P2MABA, mungkin saya nggak kenal-kenal amat dengan kawan dari jurusan TEP. Dulu ketika masih zaman-zamannya mahasiswa baru, tentunya bawaan sifat dari SMA masih ada. Dalam hal ini sifat yang berkaitan erat dengan (labil,sedikit narsis, merasa unggul dibandingkan dengan yang lain, dan tentunya sifat egois yang ada pada masing-masing individu). Nah, peran P2MABA lah yang mengurangi tingkat egois,labil pada masing-masing individu tersebut. Semenjak selesai P2MABA dan kuliah berjalan normal apa adanya, pembentukan kelompok mulai terjadi. Sembilan puluh lebih mahasiswa jurusan THP, pelan-pelan beradaptasi dengan teman-temannya. Mencari mana yang cocok, enak diajak komunikasi, disesuaikan dengan kebutuhan, mereka kemudian membentuk golongan kecil, mengerjakan laporan praktikum bareng di kosan salah satu temannya, setelah pulang kuliah, foto bareng di tulisan Universitas Jember depan rektorat kemudian malamnya upload foto di facebook dan menandai teman yang ada di foto tersebut. Kelompok yang lain, kemudian bilang “ayo kita foto disitu juga ya”. Hingga proses perkuliahan bergerak terus menuju semester selanjutnya, tidak terasa, dan tidak dihitung-hitung berapa kali kita saling tolong menolong walau nggak rela ketika dimintai tolong. Terkadang ada sedikit rasa lelah untuk mengerjakan tugas yang sesungguhnya itu adalah sebuah kewajiban seorang mahasiswa. Bagaimana tidak merasa lelah, ketika berangkat kuliah jam 07.00 dan berakhir pukul 09.30, kemudian melanjutkan kuliah kembali pada pukul 13.00-15 30. Belum lagi, pada malam suntuk, masih harus mengerjakan tugas, entah tugas kuliah atau rapat organisasi dimalamnya. Kebiasaan itu berjalan kurang lebih 3 tahun, karena di tahun keempat, hampir semua teman-teman saya sudah melaksanakan penelitian. Tiga tahun, menurut saya bukan waktu yang lama, juga bukan waktu yang sebentar-bentar banget lah. Menurut pendapat saya, kebiasaan itu membuat para mahasiswa ini tahan banting. Selain itu juga tahan terhadap ah ndak tau ah
Saya, mahasiswa yang nggak pinter-pinter banget, sedikit malas, kadang rajin tapi kemungkinannya sedikit. Suka minta tolong ke calon mamah-mamah muda seperti dina, nia, sakdiyah, radhiyyan, rafiqa, alfiyah, luluk, icha, riris, riska dan yang paling sering ialah novidha setyaningtias. Pernah dulu sekali, saya mengerjakan laporan dirumahnya tias hingga malam suntuk, kemudian esok harinya tidak mandi. Pernah juga, saya mengerjakan laporan dirumahnya ikhlas,arsil, dan teman yang lain. Tidak jarang, di suatu perkuliahan dibentuk beberapa kelompok, dan kebanyakan tiap kelompok tersebut akan berbagi tugas. Yang paling pinter, akan kedapatan tugas yang cenderung susah, mahasiswa yang biasa aja, akan menyimpulkan tiap-tiap masalah yang harus dijawab, dan kebanyakan, mahasiswa cowok yang tidak terlalu pinter dan cenderung apatis, akan kedapatan tugas untuk ngeprint tugas di fotocopian jalan mastrip atau kalimantan. Saya sering mendapatkan tugas itu, you know lah ya, kan saya nggak pinter-pinter ngetz xaxaxa.

Hingga sekarang, kuliah hampir berjalan 5 tahun, nama-nama yang saya sebut tadi diatas, sudah ada yang lulus, beberapa teman malah sudah ada yang menikah, proses disini (baca:kampus) sudah hampir berakhir. Tidak ada kalimat penutup yang terlalu indah kecuali ucapan terimakasih pada man-teman yang telah bersedia dimintai tolong, di riwu'i. Tidak ada kata mutiara, saya ndak bisa meniru om mario teguh, pokoknya doa saya ialah semoga kawan-kawan saya, akan sukses pada akhirnya. baik di dunia ataupun dikahirat. Jangan Lupa Bahagis Ya, xixixi

Jember, 10 Februari 2016. Laboraturium Bio Kimia Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Jember

 

Senin, 08 Februari 2016

Agent of Change

Besok, adalah hari yang berbahagia bagi teman-teman yang telah menyelesaikan studi S1. Tanggal 10 Februari 2016, mereka akan mengikut proses Yudisium dan esoknya akan berwisuda ria dengan 800an sarjana di gedung Soetardjo Universitas Jember. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jember kabarnya menghatamkan 11 Mahasiswa, 2 mahasiswa laki-laki, berikutnya 9 mahasiswa calon mamah-mamah muda.
Perasaan saya, sudah bisa sampeyan tebak bagaimana, sedikit resah, gundah gulana dan tentunya sedikit panas dingin. Perkaranya bukan apa-apa. Melihat Teman Seangkatan riuh prengas prenges sambil foto-fotoan seperti alayers ketika memakai toga. Sendak-ndaknya beban hidup mereka, sedikit hilang setelah hatam menjadi mahasiswa. Kemudian akan mengarungi kejamnya kehidupan setelah esok. Proses hatam di kampus ijo royo-royo FTP, memang perlu pengorbanan, waktu,biaya sekaligus pulsa kuota internet. Ini hampir sama dengan kampus-kampus laen di Endonesah. Mahasiswa akhir selalu bergumul dengan internet, untuk sekedar mencari referensi, eksis di sosmed dan yang lebih parah ialah streaming liga enggres yang tidak ditayangkan di televisi bein sport.
Idep-idep saya perhatikan teman-teman saya yang sudah lulus kuliah, gelagat mereka, tingkah amit-amit lucu nan unyu para mahasiswa calon papa dan mamah kece. Beberapa yang bisa saya tangkap demi tercapainya lulus cepat ialah
1. Pacaran disambi dengan Sekeripsi
coba lihat mereka yang sudah lulus, pasti punya kekasih gelap, minimal ialah gebetan yang bisa dibawa pas wisuda, lihatlah desy marghi, hamidah, twin handyta, kurang apa coba, pacar ada, selingkuhan mungkin di umpetin, kan mereka ndak usah mikir abot-abot untuk menghadiri wisuda, mereka sudah punya barengan untuk diajak poto. Sekaligus mempertmukan kedua orang tua dengan Besanan nya
2. Perbanyak Puasa Kurangin Bercanda
saya bisa melihat dari postur tubuh mereka yang semakin kurus, semacam andy harwein. Kalo ndak salah nebak, paling dia sering puasa senin-kamis. Liahtlah Hamidah, berat badannya stabil, saya mengira dia adalah ahli puasa sunnah. Bukan Perkara apa, saya yang bisanya puasa wajib aja, ketika lebaran berat badannya bukan malah turun, tetapi malah naik. Saya terperangai melihat kestabilan berat badan mereka. Mungkin lain kali saya akan menirukan mereka, kapan-kapan tapi yah
3. Perbanyak ngopi kurangin Nyinyir
lihat saja, Robby Akroman, Barista yang sempat bekerja untuk kedai kopi brothers di jalan kalimantan. Saya fikir, porsi ngopinya mengalahkan tukang ngopi abal-abal. Lah liat saja, wong barista mestinya ngopinya lebih banyak dibandingkan dengan teman-teman lain. Sebut saja, Istiqomah. Dia penyuka kopi paling masif. saya ndak tahu, berapa gelas sehari untuk menengguk sebuah kopi. Dan keduanya saya lihat ndak pernah nyiyir. Jika dibandingkan dengan Mahasiswa lain, Istiqomah adalah representasi mahasiswa yang nggak pernah nyiyir.
4.Cekatan dalam menggarap revisi, Lihai dalam menjawab pertanyaan penguji.
tagline itu sangat tepat sekali, jika sampeyan pingin segera lulus dari kampus Ijo royo-royo FTP. jangan sekali-kali malas-malasan menghadapi penguji ketika revisian, ketika di coret-coret draftnya jangan pernah nyiyir, suer..nyiyir akan menghambat proses kelulusan sampeyan. Kemudian, untuk teman-teman yang belum ujian, pintar-pintarlah alibi dalam menjawab setiap pertanyaan penguji. Belajarlah seperti belut, Lihai ketika mau ditangkap. Seperti itu? lalu "lapo seh syahrini iki"
sekian tips biar sampeyan segera melepas status sebagai Agent of change

Minggu, 07 Februari 2016

Selamat Jalan Sekar Ayu Pratiwi



Waktu memang sebuah ironi yang kejam. Semua di dunia ini berjalan begitu cepat. Minggu bertemu dengan minggu berikutnya. Senja datang begitu cepat padahal, mentari baru memperlihatkan sinarnya di pagi hari. Pelan-pelan, teman bermain disaat kecil, sudah menikah, menemukan pasangan. Begitu pula dengan mantan gebetan yang menemukan pasangan, posting di intagram sembari bilang “yang lalu biarlah berlalu”. Kejam memang, sangat kejam, perputaran waktu tidak mengenal siapa, mereka menabrak dengan keras seperti tamiya menabrak tangan saya waktu kecil. Sakit, tentu. Perih, iya-iya lah. Manusia tidak bisa Mengembalikan waktu, manusia hanya dapat melihat masa lalu,sembari menata masa depan perlahan-lahan. Duh gusti, jangan pisahkan saya dengan dia, seperti laut yang selalu berpasangan dengan pantai atau seperti bulan berpasangan dengan bumi. Xaxaxa
Hampir semua tulisan di blog ini, diawali dengan kalimat pembuka yang tidak terlalu bagus, saya memang tidak becus untuk urusan membuka-buka. Mungkin membuka pembicaraan/diskusi, saya masih bisa melakukan secara mudah. Tapi untuk membuka yang lain, saya ndak becus. Apa lagi mengawali hubungan percintaan dengan seorang wanita, saya bilang, saya belum becus. Hah, ini kok tulisannya semi curhat begini, sudah, untuk urusan hubungan asmara, tidak usah terlalu dibahas di blog ini yah, saya agak menye-menye kalau berurusan dengan perkara percintaan atau asmara. mari kita kencangkan ikat pinggang sembari mikir. Memikirkan kejadian di minggu ini yang tidak terduga sebelumnya.
Di awal februari ini, teman saya dipanggil untuk menghadap pada sang Khalik. Tepatnya Pada tanggal 3 februari 2016. Dia bernama Sekar ayu pratiwi atau Dewi Sekar Bumi. Wanita yang kalem, sedikit bicara banyak kerja, dan sempat aktiv sebagai aktivis pers mahasiswa. Dipanggil untuk menghadapNya di waktu yang sungguh sangat muda. Sebelum dia wafat,terakhir sekali saya bertemu kalo tidak salah, ketika sekar bolak-balik ke kantor dekanat untuk mengurusi proses wisuda. Dan ketika itu, tidak ada pembicaraan yang sungguh penting, saya melemparkan senyum, dan dibalas begini oleh sekar "ul,ul,". seperti itulah pertemuan terkahir saya dengan sekar. 
Semenjak saya mendengar kabar sakitnya sekar, saya belum mau menjenguk hingga sekar benar-benar pulih total. Bukan perkara apa, sebetulnya jika ada teman,kolega atau saudara yang sedang sakit, kemungkinan saya akan menjenguk jika kondisinya sudah sedikit siuman atau pulih. namun berbeda dengan halnya sekar, saya menjenguk ketika sekar berjuang untuk kesembuhannya. saya tidak sempat berbicara langsung, atau sekedar melempar senyum. Sore itu, saya menjenguk dibarengi oleh sahabatmu, dina, radhiyyan,irma dan siska. Hingga pada saat-saat terakhir, saya hanya bisa berdzkikir didepan pintu kamar inapmu, bougenvil. saya tidak bisa melakukan apa-apa,kecuali berdo'a, berdzikir, walaupun saya bukan ahli doa maupun dzikir, saya cuman bisa melakukan apa yang saya bisa saat itu. 
Maafkan saya sekar, saya tidak becus menjadi temanmu, sering mengajakmu berguraru padahal disaat itu, kamu masih sakit, selamat jalan sekar ayu pratiwi. Sahabat-sahabatmu akan melanjutkan perjuanganmu di Dunia. Allahumaghfirlaha Warhamha Wa'afiha Wa'fuanha.