Perubahan, banyak jargon-jargon macam
begituan disampaikan oleh calon presiden, anggota dewan, calon pasangan, gebetan
ataupun calon selingkuhan (loh). Di era modern kali ini, perubahan harus
terus dilakukan, kalau istilah It nya Update. Barang yang awalnya dikata
modern perlahan-lahan menjadi barang yang usang, Kudet, ndak kekinian.
Penyebabnya klasik, karena barang yang baru terus bermunculan, inovasi-inovasi
terus berdatangan. Tak terbendung, tak dapat ditahan-tahan. Jika saja, kita jeli
dalam melakukan sebuah pengamatan, kita pasti tahu, apa yang harus diubah, mana
yang harus dipertahankan. Ironi memang, ketika perubahan harus dilakukan terus
menerus, dan disitulah tingkat originalitas berubah, perlahan-lahan
originalitas menjadi sebuah keanehan.
Di masa saya masih SMP. Potongan rambut
macam harajuku merebak. Begitu pula di sudut perempuan, tidak
tanggung-tanggung, terkadang model emo bisa menjadi sebuah trend dikala itu.
Saya sih, palingan model rambutnya cepak, sasak, kalau lagi frustasi dengan
pelajaran bisa-bisa saya gundul. Ini bukan mengada-ngada, ketika saya membuka
file-file foto, gaya rambut saya bisa ketebak. Tidak jauh dari ketiga model rambut seperti itu. Sangat
mengecewakan memang, kalau dikata saya ini tingkat imajinasinya tidak baik-baik
amat (duh).
Itu masih soal rambut, lain halnya lagi
jika bicara soal fashion. Dikala
tahun 2009-2011. Teman-teman saya, bajunya kopelan (samaan). Kalau bajunya itu
croopy, semuanya croopy. Belum lagi dalam urusan jacket. Trendnya dulu jaketnya
jamper. Jaket klowor-klowor macam raper Amerika menjadi pakaian yang
digandrungi teman-teman saya.
Dan menginjak tahun 2015 hingga saat ini, ketebak memang.
Inovasi terus bermunculan, untuk gaya rambut para lelaki, harus diberi minyak
khas pomade. Lain halnya dengan kaum wanita, kerudung monochrome, isedo, dan
pensil alis menjadi amunisi dalam urusan macak-memacak. Coba tengok perubahan
dibagian tas. Cowok dianggap keren jika menggunakan tas selempang. Menggunakan
sandal gunung, jam tangan g-shock kw. Dan sepatu snicker. Nah lucunya, saya
tidak berada disemua bagian yang sudah menjadi trend. Apaan cobak. Tas masih
klumus, jam tangan ya tidak ada. Sepatu merk weidenman yang kuatnya minta
ampun, masih saya pakai mulai dari semester empat hingga semester sepuluh.
Rambut ya masih gitu-gitu aja, tidak diberi minyak, juga tidak pernah disisir.
Nah pertanyaannya, kenapa kalau urusan
yang begitu tidak saya update? Apa ya ndak takut dikata norak dan tidak
menganut kekinian?
Berikut beberapa jawabannya.
Menjaga originalitas.
Memang susah dilakukan, dikala
teman-teman sibuk dengan trend masa kini. Originalitas menjadi sebuah harta
terbaik. Tidak dapat dipungkiri, menjaga originalitas menjadi tantangan, selain
itu, manusia yang menjaga originalitasnya merupakan manusia pilihan Tuhan.
Dipilih olehNya untuk menyeimbangkan antara manusia trendsenter dengan manusia
yang memiliki maqom menjaga tarekat originalitas. Kan tidak elok dipandang,
jika semua manusia dibumi ini, semua yang digunakan sama, fashion yang digunakan
mirip-mirip dengan yang lain. Heuheu
Mencari jalan lain.
Banyak jalan menju rhoma roma.
Pepatah itu, saya selipkan karena untuk menuju kesana banyak jalannya. Untuk
menuju tarekat ekisistensi, banyak hal yang dilakukan. Selain mengikuti trend.
Masih banyak yang bisa coba dilakukan, walaupun untuk menuju tabiat eksistensi,
saya ndak tertarik amat. Ngapain eksis ya? Saya bingung menjawabnya.
Nguahanguaha
Menghormati orang tua.
Eits, ini kok gak ada
nyambung-nyambungnya. Urusan eksistensi kok masih dikait-kaitkan dengan orang
tua. Idih, dasar suka nyiyir kamu ul. Huhuhuh. Mbak-mbak, mas-mas. Santai
dulu, kalau saya balik nanya boleh?
Begini,
uang nya sampeyan untuk beli segala macam perlengkapan fashion itu dari siapa?
Gampang kan jawabannya. Palingan ya dari bunda dan ayah njenengan. Nah, aduhai
sangat membanggakan bukan. Jika orang tua masih mencukupi untuk urusan jajan,
fashion, dan perlengkapan eksistensi sampeyan. Saya kira masih bisa dimaklumi.
Kalau dijawa kan, kondisi perekonomian sampeyan itu turah-turah. Nah lain halnya dengan para kaum marjinal dan
terpinggirkan. Makan dan bayar tagihan sana-sini masih cukup, itu merupakan
hikmah yang luar biasah. Melihat saudara sekitar masih sehat tidak tergantung
dengan obat, saya kira harta yang termahsyur, saya kira melebihi perlengkapan
tarekat al eksistensiah. Alangkah baiknya, urusan eksistensi dilihat dengan
sudut pandang yang berbeda. Lagi-lagi, Turah atau tidaknya merupakan
pertimbangan yang harus dipikir-pikir dengan dalam. Sedalam cintaku padamu
(lebay kamu ul).
Tetapi, kembali lagi. Semua yang ada di
dunia ini pilihan. Mau memilih mengikuti trend, yah silahkan. Ndak juga tidak
apa-apa. Kan yang paling penting, tetap menjadi manusia berbakti pada orang
tua, calon mertua, juga kepada calon yang itu tuh. (ojo curhat ae ul) hauhau
Penghabisan maret.