Ditengah-tengah
runyamnya kehidupan, dan rumitnya akan skripsi yang terus dada-dada untuk
segera diselesaikan. Ada sepercik harapan, sekelumit masalah mungkin senantiasa
akan menjadi kerikil-kerikil tajam yang menghunus kaki tanpa ampun. Ibarat
jatuh dari kapal titanic, ada dua pilihan. Menyelamatkan diri dengan menaiki
sekoci atau pasrah diri alias menerima untuk tenggelam bakal dijadikan santapan
ikan mas dan ikan jibut di samudera atlantik.
Sungguh kalimat pembuka
yang cenderung tidak menarik bukan?
Biarkanlah.
Saya ini masih terus pengen belajar nulis. Maksudnya belajar nulis dengan
konsep dan kaedah penulisan yang enak dibaca. Alias cocokologi. Oke, the first (seng nomer siji) saya berfikiran begini akhir-akhir ini, maksudnya
pikiran saya hanya satu. Bagaimana caranya tanggungan segera terselesaikan dan saya
segera menjalankan tanggungan yang ada di kemudian hari. Maksud saya,
tanggungan itu tanggung jawab. Memang benar, seperti halnya motivator-motivator
kawakan bilang “kerjakan apa yang bisa hari ini untuk dikerjakan, urusan besok
itu dipikirkan belakangan”. Terhitung tahun ini (2016) insyaAllah jika umur
masih bisa nyampe dibulan juli. Saya akan berusia 23 tahun. Yaps. Angka itu
bisa menjadi angka yang dibilang muda untuk orang seumuran 45 tahun yang melihatnya.
Juga bisa jadi, angka itu menjadi yang sungguh tua, bagi orang yang berusia 14
tahun. Omong-omong, 23 tahun itu ada-ada ditengah-tengah. Maksudnya , diusia
yang seharusnya saya sudah bekerja, berkarir atau bahkan melamar kamu pekerjaan.
Saya ini masih berkutat dengan namanya perkuliahan (skripsi). Sudah hampir
memasuki dua digit semester lebih tepatnya 10. Sungguh sesuatu yang
menyedihkan, menurut pandangan saya. Soalnya bukan apa-apa. Saya itu merasa
tidak nyaman, diusia sekarang, masih minta uang jajan ke nyokap dan bokap (pae
karo mbok’e).
Untung
saja, saya adalah remaja yang tidak suka nyangkruk atau dikit-dikit ngafe. Bisa
jadi berapa pengeluarannya tiap hari. Saya sukanya makan sederhana, pecel ya
monggo, ikan asin dengan nasi putih anget, ya ayo. Untuk urusan gajet apalagi.
Ditengah riuhnya Mahasiswa alay yang memiliki akun intagram. Mungkin,
hanya saya yang tidak memiliki akun itu. Saya hanya memiliki dua akun
(facebook, dan twitter). itupun, teman-teman sudah banyak yang tidak aktif di dua
akun tersebut. Walhasil, yang menjadi teman atau pembuat rame di dua akun
tersebut, ialah para penulis di Mojok.co kalau di akun FB, jika di twitter
ialah stand up comedian. Memang saya tidak kenal dengan keduanya. Tetapi
mengikuti tulisan dan cara mereka memandang sebuah masalah, saya acungin
jempol. Berkat saya masih terus aktif di facebook, akhirnya saya rela membeli
bukunya artis facebook masa kini, siapa lagi kalo bukan mas Iqbal Aji daryono.
Supir truck yang masih nge kost di australia karena menemani istrinya kuliah.
Dan ternyata baru saya tahu, mas iqbal ialah orang maiyah. Maksudnya suka ikut
pengajian maiyah dari Emha Ainun Najib. Bukunya yang sungguh renyah membuat
saya semakin jatuh cinta sama Indonesia.
Lain
halnya di twitter, diskusi yang saya ikuti dari twitwarnya akhmad sahal,
pandji, bintang bete, sujiwo tedjo dan artis twitter yang lainnya. Membuat
saya, memandang dunia sedikit sama dengan cara pandang mereka. Lain halnya,
teman-teman saya mungkin yang sudah tidak aktif di twitter, atau fb. Cara
pandang mereka sedikit agak berbeda dengan saya. Walaupun perbedaan bukan
berarti harus saling membenci bukan, betul tidak? Cara pandang saya, dalam
menyikapi setiap apa-apa, saya cenderung menyimpang dengan teman-teman yang
lainnya. Jika teman-teman lebih suka riuh,ramai,bercandaan dengan yang lainnya.
Saya lebih suka mengamati. Jika kamu lagi senyum-senyum teman-teman
lebih tertarik dengan urusan yang verbal, saya lebih tertarik pada urusan
membaca,menulis, yang gitu-gitu. Maka, dalam cita-cita saya kedepan, selain
bisa ngelamar kamu bekerja di industri, saya pengen menulis buku. Siapa
tau, bisa bikin orang tersenyum..
0 komentar:
Posting Komentar